Opini : Ugensi Kecerdasan dan Kualitas Diri

0
283

Oleh : Agustinus M. Samuel

Berbicara soal kehidupan sosial dalam masyarakat, ada banyak sekali hal yang menarik untuk dibahas, salah satunya adalah berkaitan dengan kualitas diri seorang individu. Memperhatikan realitas kehidupan manusia kita akan mendapati berbagai macam persoalan dalam kehidupan bermasyarakat.

Kita manusia dengan kecerdasan yang kita miliki masing-masing dapat terus memperkaya, memperluas wawasan dan meningkatkan kualitas diri dan hidup kita, melalui suatu proses atau cara berpikir dan bahkan belajar secara terus-menerus.

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dewasa ini, kita dituntut untuk tidak hanya bisa berbicara tentang kecerdasan yang secara umum, kecerdasan intelektual saja. Tetapi kita semua dituntut bagaimana kita memperkaya diri kita dengan segala bentuk kecerdasan yang kita miliki atau yang ada dalam diri kita masing-masing.

Memang setelah bertahun-tahun keceriaan intelektual itu telah dipandang, diakui dan banyak diyakini dalam kalangan masyarakat luas menjadi salah satu tolak ukur atau barometer untuk menilai kecerdasan yang dimiliki seseorang dan dipakai untuk mengukur kesuksesan seorang individu. Namun sejalan dengan kemajuan dan perubahan segala bentuk dan suasana kehidupan manusia sekarang yang semakin menjadi-jadi, ukuran atau nilai kecerdasan intelektual seseorang telah menjadi salah satu perdebatan dalam kalangan publik, terutama ketika dikaitkan dengan keberhasilan dan kesuksesan setiap individu.

Kecerdasan intelektual (intellectual quotiente) adalah kecerdasan yang biasanya berhubungan dengan proses kognitif, kecerdasan intelektual cenderung sekali mengunakan kemapuan matematis dan logis, dan pada umumnya hanya mengembangkan kemampuan seperti membac, menulis, menghafal, menghitung dan menjawab. Kecerdasan ini biasanya dikenal dengan sebutan ” kecerdasan rasional” karena selalu mengunakan potensi “rasio” dan akal dalam memecahkan segala persoalan.

Model penilaiannya pun hanya dapat dilakukan dengan cara atau melalui suatu tes atau ujian. Dengan ini dapat dilihat seberapa nilai tingkat kecerdasan intelektual seseorang. Jadi, seseorang dapat meraih IP atau nilai yang tinggi orang itu dapat dibilang org yang pintar dan cerdas. Sebaliknya, jika seorang tidak mampu meraih Indeks Prestasi atau nilai yang tinggi dapat dibilang orang yang kurang pintar dan cerdas.

Memang jika kita kembali kepada sejarah telah mencatat bahwa, sejak zaman pencerahan pada saat ini sangatlah diagungkan dalam hal kemajuan ilmu pengetahuan sebagai lambang dari kemajuan peradaban zaman, intelijensi telah naik daun telah diangap sebagai predikat atu ukuran utama dari kesuksesan dan bahkan telah menjadi satu-satunya, sehingga terjadi salah kaprah terhadap konsep kecerdasan dan bahkan terjadi pemberhalaan intelektual.
Dan juga sering sekali terjadi pertukaran konsep dikalangan publik atau intelijensi.

Intelijensi adalah sebuah konsep yang diprosionalisasikan dengan alat ukur dan menjadi keluaran dari alat ukur ini adalah kecerdasan intelektual.
Dan angka-angka yang keluar itu berdasarkan satuan alat ukur tersebut.
Sebagai contoh, gram dipakai untuk mengukur berat suatu benda dengan satuan ukur kg, dan meter untuk mengukur panjang atau mengukur jarak Dari satu tempat ketempat yang satunya dengan satuan km. Dan untuk mengukur kecerdasan seseorang hanya dengan nilai tinggi dan nilai rendah, konsep inilah yang mesti diluruskan agar tidak menimbulkan berbagai macam kosep yang salah dalam menilai “Kualitas diri” seorang.

Seiring dengan perkembangan zaman sekarang, kita manusia harus menyadari bahwa masih ada faktor lain yang memang tidak kalah pentingnya juga dari kecerdasan intelektual yang mampu mendukung sebuah kesuksesan dan mampu meningkatkan kualitas diri seorang. Yaitu, yang sering disebut dengan kecerdasan emosional (Emotional quotiente) dan kecerdasan spiritual ( spiritual quotiente) sekiranya dipandang sebagai sebuah latar atau suasana dalam diri kita.

Kecerdasan emosional adalah bagaimana ia mampu mencoba memberikan tekanan terhadap aspek kecerdasan itra-personal atau bagaimana kita mampu mengasah kemampuan kita untuk menjalin hubungan antara pribadi dalam hidup bermasyarakat. Dan hal yang paling utama dari kecerdasan emosional adalah mencakup kemampuan kita untuk membedah dan menangapi dengan tepat suasana hati dan batin kita, sehingga tidak akan menjadi suatu yang tidak diinginkan ( konflik antara pribadi) hanya karena kita tidak mampu menahan gejolka emosi kita.

Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa sesunguhnya kecerdasan emosional sangatlah printing untuk dikembangkan dalam diri setiap orang. Kalau kita kembali melihat realita yang Fernando selama ini bahwa banyak sekali kita jumpai kasus terjadi dimana hanya orang yang cerdas secara intelektual namun tak mempu megelola emosionalnya, banyak yang mendapatkan Ip atau nilai dan prestasi yang didapat dalam hal akademiknya, namun ketika dia tidak mampu mengolah encodings, seperti mudah marah, mudah putus asa atau bersikap angkuh dan sombong, maka saya sebut prestasi yang dia dapat sama sekali tidak berguna bagi dirinya aplagi bagi orang lain.

Disamping itu juga mesti membenah kecerdasan “moral” kita. Karena hal ini sangatlah berkaitan dengan bagaimna seseorang mampu lethargic dirinya sendiri dan yang paling penting bagaimana ia mampu menghargai orang lain disekitarnya.

Untuk itu setiap manusia perlu untuk mendapatkan suatu pelatihan dalam dirinya tentang bagaimana ia mampu memahami tentang kecerdasan emosionalnya, dengan tujuannya mampu menciptakan manusia yang memiliki karakter yang tangguh dan berbudi luhur, bersikap bijaksana, berdedikasi dan berilmu.

Tidak kalah menariknya juga kita harus mampu menyadari akan perlunya sebuah konsep spiritual dalam diri kita. Dimaksudkan sebagi penunjang kesuksesan, yang berarti bahwa kesuksesan adalaha sebagai tujuan hidup, juga perlu memperluas dan mendalami makna kehidupan itu sendiri.

Kita tahu bahwa dalam peradpan dan perkembagan sejarah manusia, betapa kita sebagai manusia perlu menjalin hubungan yang vertikal dengan yang Maha Kuasa. Sebagai bukti bahwa banyak cara yang dilakukan untuk menjalin hubungan yang baik dengan Tuhan, mulai dari kita mempercayai suatu sistem kepercayaan ANIMISME, DINAMISME, dan yang sekarang bagaimana kita sudah mendpatkan jalan yang benar untuk menjalin hubungan dengan Tuhan melalui Agama.

Kecerdasan spiritual disini bermaksud bahwa seorang individu yang memiliki rasa tangungjawab kepada Sang Pencipta Tuhan dan serta bagaimana kemauan untuk menghayati lebih dalam lagi tentang nila-nilai yang terkandung dalam Agama.

Kecerdasan spiritual yang telah memadukan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional menjadi strata yang penting agar manusia dapat lebih memahami dan memaknai hidup penuh anugrah.

Setiap manusia juga perlu mengetahui dan memahami bahwa Kecerdasan spiritual justru mampu menigkatkan kemampuan emosional disamping kecerdasan intelektual sehigga bisa menjadi momentum harkat penting kehidupan yang berjalan panjang.

Menyeimbangkan rasionalitas duniawi yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dalam semangat spiritualitas tentu akan menjadi suatu perpaduan yang sangat penting untuk membagun karakter kita manusia yang sempurna, baik di dunia, di masyarakat luas maupun dihapan Tuhan Sang Pencipta.

Dari uraiyans di atas nampak sekali adanya urgensi kecerdasan atara intelektual, emosional dan spiritual dalam proses mengaktualisasikan diri kita di dunia luas, terutama berkaitan dengan bagaimana kita bisa bertindak dan berpikir dengan dengan emosional dan kecerdasan spiritual dalam diri kita yang dapat diukur dan dapat dinilai oleh orang lain.

Paling tidak kita dapat bertindak secara terbuka dalam hal intelektual, emosional, dan spiritual kita.
Manusia memliki 3 model kecerdasan yang sangat membantu seseorang dalam meningkatkan kualitas dirinya.
Jika kita mengabaikan salah satunya akan sangat berpengaruh sekali terhadap pandngan orang tentang kita. Dan disebut orang yang gagal.

Mari mengasah segala kecerdasan yang kita miliki jagan samapai orang memberikan pandangan yang salah tentang diri kita (gagal paham).

Penulis adalah Anggota Teater Gugat

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini