Masyarakat Desa Raba Ege Minta Penegak Hukum Periksa Ananias Bulu

0
347
Jalan dan Jembatan hasil Karya Kontraktor Ananias Bulu yang tidak rampung dikerjakan sejak 2017 lalu

NTT-News.com, Kupang – Masyarakat Desa Raba Ege meminta Penegak Hukum untuk memeriksa Ananias Bulu yang saat ini sedang mencalonkan diri sebagai calo legislatif dari Partai Nasdem terkait pengerjaan Jalan Wee Kamura dengan panjang kurang lebih 2.800 meter di Desa Raba Ege Kecamatan Wewewa Barat tahun anggaran 2017 yang belum diselesaikan sampai saat ini.

Demikian hal itu disampaikan Ketua BPD Desa Raba Ege, Paulus Dapa Ole pada Jumat (11/01) kepada media di lokasi jalan Wee Kamura. Menurut Paulus, hal tersebut meresahkan Masyarakat Desa. Pasalnya jalan tersebut merupakan jalur penghubung antara masyarakat desa Raba Ege menuju desa yang lain.

Paulus mengatakan bahwa pembuatan jalan Desa ini menggunakan APBDes dimulai dari pembukaan badan jalan sampai penyiraman sirtu. Sepanjang jalan harus dibangun 4 gorong gorong dan 1 jembatan penghubung karena melewati Sungai.

Namun demikian sampai saat ini, jalan tersebut dibiarkan begitu saja setelah badan jalan dibuka. Bahkan jembatan yang seharusnya dibangun, tidak selesai dikerjakan dan hanya tembok penahan saja yang dibangun sehingga masyarakat desa yang harus melewati jalan tersebut terpaksa memasang kayu sebagai jembatan penyeberangan sementara untuk melewati aliran Sungai.

Dikatakan Paulus, pihaknya selaku BPD Desa Raba Ege sudah berulang kali mepertanyakan hal tersebut kepada Kepala Desa secara lisan terkait anggaran yang kurang lebih 191 juta rupiah. Dirinya bersama seluruh anggota BPD sudah menanyakan keterlambatan pengerjaan proyek jalan desa tersebut kepada penjabat yang menjadi PLT saat itu.

Bahkan dia juga sudah menanyakan kepada Kepala Desa terlantik. Namun dirinya tidak mendapatkan penjelasan yang baik. “Dana sudah diberikan semua kepada kontraktor bahkan langsung dibuatkan berita acara, tapi hasilnya seperti ini, jadi Penegak Hukum tolong segera turun dan periksa proyek ini,” kata Paulus.

“Sudah tiga kali saya menanyakan kepada penjabat namun tidak diindahkan, baru-baru saya juga baru ketemu kepala Desa di rumahnya, saya sampaikan keluhan masyarakat yang merasa dirugikan, dan menanyakan jembatan yang patah, kepala desa jawab, ya jembatan yang patah itu karena sudah patah memang, dia bilang semua dana itu sudah diserahkan kepada kontraktor atas nama Ananias Bulu pada saat itu,” kata Paulus menirukan ucapan Kepala Desa Raba Ege.

Dikatakan Paulus, dalam pengerjaan proyek jalan tersebut, BPD desa Raba Ege tidak dilibatkan dalam perencanaan anggaran pembuatan jalan tersebut, sebab pada masa perencanaan dirinya sebagai BPD saat itu dinonaktifkan oleh pemerintah desa Raba Ege.

Paulus mengaku, ketika dirinya ditetapkan kembali sebagai Ketua BPD, dirinya tidak mengetahui perencanaan anggaran pembuatan jalan tersebut. Walaupun demikian dirinya selalu mempertanyakan kejelasan pengerjaan proyek tersebut.

“Kami BPD bersama masyarakat sudah sampaikan ke BPMD dan Polres Sumba Barat saat itu, mereka jawab tunggu nanti kami akan turun periksa,  tetapi sampai hari ini kami tidak melihat mereka turun di Desa Raba Ege. Selama ini kami BPD seolah-olah ada hanya untuk melihat saja tidak pernah dilibatkan dalam perencanaan program, sehingga saya akan terus menanyakan demi kesejatheraan masyarakat Desa Raba Ege,” tegasnya.

Warga lain, Paulus Ngongo Malo, mengatakan dirinya sangat mendukung tindakan BPD yang sudah berinisiatif mempertanyakan pengerjaan jalan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa BPD memiliki perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat.

Soal proyek yang tidak terselesaikan tersebut, dirinya mengaku kecewa. sebab, dengan anggaran yang besar pengerjaan tersebut belum kunjung selesai. Hal ini, kata dia akan sangat merugikan masyarakat kecil.

“Kami masyarakat sangat mengharapkan kendaraan untuk bisa melalui jalan Wee Kamura yang dibuat pada saat itu untuk memuat hasil pertanian dan melancarkan perekonomian masyarakat yang ada di pelosok. Waktu itu belum ada badan jalan tapi sesuai RAP yang mereka katakan bahwa jalan ini sampai sirtu. Tetapi ketika terlaksana bapak lihat saja ini macam bukan sirtu saja. Ini juga pasti tidak sesuai keinginan pemerintah pusat yang menyalurkan dana demi kesejahterakan masyarakat desa,” kata Paulus.

Ngongo Bora selaku pemilik lahan pertanian yang hasil buminya di tebang pada saat pembukaan badan jalan mengatakan bahwa dirinya turut merancang pembuatan jalan Wee Kamura ini. Ia memberikan lahannya dengan cuma-cuma tanpa meminta sepeser pun kepada aparat desa maupun yang mengerjakan proyek jalan desa.

“Tanah milik saya ini memiliki potensi pendapatan yang cukup tinggi. Dengan melihat keuntungan kedepannya, saya mengorbankan sekitar 40 pohon dan tanaman lainnya untuk ditebang demi membuat badan jalan. Sementara hasil jual dari isi lahan itu bisa mencapai 2 juta permusim panen. Saya sangat menyayangkan bahwa pemerintah desa tidak memperhatikan kerugian masyarakat,” ujarnya dengan nada sesal.

Ia mengharapkan supaya lembaga terkait dapat melihat tindakan pemerintah yang sudah meresahkan kami masyarakat yang ada di Desa Raba Ege.

“Kami mengeluarkan air mata demi keberhasilan pembuatan jalan desa supaya tercapai, namun apa boleh buat kami masyarakat kecil tidak bisa berbuat apa-apa, hasil pengerjaan ini tidak sesuai yang kami harapkan, kami sudah korbankan lahan hanya untuk memudahkan kendaraan untuk bisa beroperasi supaya bisa memuat batang Keladi, Kemiri dan masih banyak lagi hasil bumi yang bisa kami gunakan untuk keperluan sehari-hari maupun untuk kasih sekolah anak,” papar Ngongo Bora. (Jep)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini